Kamis, 25 Juni 2009

M..E..N..A..N..T..A..N..G..

BROMO MOUNTAIN IN EAST JAVA INDONESIA

Ditulis oleh a121e di/pada Nopember 17, 2008

dsc_0385 dsc_03981

dsc_0343 dsc_0399

dsc_0393 dsc_03741

Perjalanan ke Puncak Gunung Bromo Benar-benar Menantang

Jalan Diapit Jurang Menganga, Ditambah Bau Belerang Menyengat

MENURUT perkiraan cuaca di puncak Bromo cukup cerah, namun demikian udara tetap dingin sehingga para peserta dianjurkan menggunakan baju hangat (sweeter), jaket, tutup kepala, sarung tangan, kaos kaki, dan bila perlu slayer. “Dulu ada turis mancanegara dari Selandia Baru pernah berkunjung ke Bromo. Dia lupa sudah tinggal seminggu di Surabaya dan naik ke puncak tidak mengenakan baju hangat. Tiba di lokasi tiba-tiba dia kedinginan serta hidungnya mengeluarkan darah. Sehingga harus dibawa ke rumah sakit,” ujar Yoyo, pemandu wisata yang selalu menemani rombongan Media Gathering Indosat 2008 kali ini.

Selama perjalanan ke Bromo (masuk Kabupaten Probolinggo), Radar melihat desa-desa yang ada di sekitar daerah tersebut masih terlihat asri. Di sebelah kanan-kiri jalan yang berkelak-kelok banyak tanaman pinus, kelapa, karet, dan cemara. Namun di sisi lain tak sedikit tanah yang sudah digarap menjadi ladang dan ditanami berbagai tumbuhan seperti kol, wortel, jagung, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan sejenisnya. Sehingga tidak mengurangi keindahan alam di sekelilingnya.

Tak terasa rombongan pun sampai tujuan. Jam di tangan menunjukkan angka 08.30 WIB. Bus pariwisata yang kami naiki berhenti di pangkalan angkudes (angkutan pedesaan) di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Di situ sudah menunggu puluhan elf dengan jenis kendaraan Mitsubishi L-300. Sementara itu udara memang benar-benar dingin menusuk tulang. Menurut informasi yang Radar peroleh, suhu saat itu mencapai 10 derajat celcius. Para peserta Media Gathering yang semula tidak mempersiapkan diri dengan pakaian hangat, terpaksa membeli di tempat ini. Apalagi banyak anak kecil, remaja maupun orang tua yang berjualan sarung tangan dengan harga Rp. 5.000. Ada juga slayer dipatok Rp. 10.000 – Rp. 5.000, dan tutup kepala Rp. 10.000. Bisa juga menyewa jaket hangat dengan merogoh kocek mulai Rp. 5.000 – Rp. 10.000.

Kemudian perjalanan dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo dengan menggunakan elf tadi. Tapi Radar tidak dapat melihat apa yang ada di sisi kanan-kiri jalan. Sebab semua tertutup oleh kabut belerang yang baunya menusuk hidung. Bahkan sekali-sekali Radar harus batuk-batuk karena menghirup belerang. Untungnya ada slayer yang bisa dipakai menutup hidung. Radar hanya melihat bayang-bayang pohon di atas bukit, selain itu semuanya terlihat gelap. Jalan sempit yang dilalui memaksa sopir harus berhati-hati, sebab jika lengah sedikit maka ancamannya masuk jurang yang menganga di sisi kanan jalan.

Sekitar 45 menit kemudian semua rombongan wartawan sampai di Hotel Bromo Permai. Di tempat ini para peserta sempat makan malam dan melakukan audiensi dengan Head of Central Java and DIY Andi Samsul Hadi. Banyak pertanyaan yang dilontarkan baik berkaitan dengan jaringan, layanan, fitur, coverage area dan sebagainya. Sehingga menambah suasana menjadi hangat dan akrab. Namun karena sudah malam, acara tersebut ditutup pukul 22.30 WIB. Semua peserta kembali ke kamarnya masing-masing untuk mempersiapkan diri sebelum melakukan pendakian ke puncak (Penanjakan) Bromo hari Kamis (19/6) pukul 04.00 WIB. (*)

Tidak ada komentar: